Silaturahmi dan Semangat Profesionalisme: Kiprah Mediator Non-Hakim PN Jakarta Selatan

Organisasi485 Dilihat

HukumID.co.id, Jakarta – Di tengah kesibukan perkara yang membludak, para mediator non-hakim (MNH) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terus menunjukkan komitmennya dalam menjalankan tugas mediasi secara profesional dan penuh dedikasi.

Dalam acara silaturahmi sekaligus konsolidasi internal MNH pada Selasa (8/7/2025) yang berlangsung hangat dan penuh semangat, Sekretaris MNH Jakarta Selatan Srimiguna atau akrab disapa Bunda Srim. Ia berbagi kisah seputar dinamika menjadi motor penggerak organisasi mediator non-hakim di salah satu pengadilan tersibuk di ibu kota.

“Jumlah MNH di PN Jaksel ada 123 orang dari latar belakang yang beragam. Banyak yang baru dan belum berpengalaman, jadi saya merasa perlu hadir untuk membimbing dan membantu,” ujar Bunda Srim.

Bunda Srim juga menyoroti pentingnya etika dan tanggung jawab MNH dalam proses mediasi. Ia menekankan bahwa mediator non-hakim tetaplah representasi dari kehakiman.

“Kami ini mewakili hakim, jadi harus menjaga nama baik. Kalau ada yang tidak profesional, kami beri teguran. Tapi selama masih mau memperbaiki diri, kami beri kesempatan,” tegasnya.

Sekretaris MNH Jakarta Selatan Srimiguna

Hal positif lainnya datang dari dukungan langsung Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang baru. Menurut Bunda Sri, KPN bahkan memanggil langsung para mediator untuk mendengar keluhan dan kebutuhan mereka.

“Beliau sangat responsif. Bahkan kami sudah diberi ruangan yang nyaman, ada dispenser, galon, dan penataan ulang ruang mediasi. Ini sinyal bahwa keberadaan kami diakui dan dihargai,” katanya.

Dalam waktu kurang dari dua bulan saja, para mediator non-hakim telah berhasil menyelesaikan 15 perkara secara damai, sebuah pencapaian yang tidak bisa dipandang remeh mengingat tingginya volume perkara di PN Jaksel.

Tak hanya fokus pada penanganan perkara, Bunda Sri yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Organisasi di Asosiasi Mediator Damai (AMD), mengungkapkan betapa pentingnya solidaritas dan pelatihan berkelanjutan antaranggota.

“Kami sering adakan sharing session. Ketua kami pun sangat peduli, bahkan tidak tahan kalau melihat ruang mediasi kurang nyaman. Makanya kami sumbang wallpaper, kursi, kaca, dispenser, semua dari AMD. Biar mediator bisa kerja dengan hati adem,” tuturnya.

Menutup perbincangan, Bunda Sri menyampaikan harapannya:

“Saya ingin MNH Jaksel jadi juara satu dalam jumlah mediasi berhasil. Dan AMDD terus jadi wadah yang bermanfaat, bukan hanya bagi anggotanya, tapi juga bagi para pencari keadilan,” tuturnya.

“Semangat dan kerja nyata seperti ini semoga menjadi inspirasi bagi mediator di seluruh Indonesia: bekerja tulus, profesional, dan tetap rendah hati demi mewujudkan keadilan yang damai,” pungkasnya.